MENGAPA HARUS MEMPERINGATI MAULID NABI MUHAMMAD SAW???

Sejarah Maulid

Banyak peristiwa penting yang terjadi pada bulan Rabiul Awal, bulan ketiga pada kalender hijriah, dalam sejarah agama Islam. Salah satunya adalah kelahiran Nabi Muhammad saw, pada 12 Rabiul Awal.

Meski begitu, di masyarakat kita peringatan maulid nabi tidak hanya dilaksanakan pada 12 Rabiul Awal, namun sampai akhir bulan, bahkan bisa sampai bulan-bulan berikutnya. Maulid nabi sudah menjadi bagian dari tradisi umat Islam yang tidak bisa dipisahkan dari budaya Nusantara. 

Maulid Nabi Muhammad saw diperingati dengan berbagai motif. Sebagian orang memperingatinya sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah saw, tetapi sebagian lainnya memperingati maulid nabi sebagai bentuk syukur kepada Allah atas kelahiran nabi agung, yaitu manusia sempurna yang perlu diteladani

Nabi Muhammad dilahirkan pada 12 tanggal Rabiul Awwal tahun 570 M di Makkah, namun tradisi Maulid tidak hanya diperingati pada tanggal tersebut saja. Para pecinta Nabi sudah memperingati momen agung ini setiap hari mulai dari awal sampai dengan akhir bulan. Bahkan ada yang melaksanakannya di luar bulan Rabiul Awal dan lebih dari itu ada pula yang menjadikan peringatan kelahiran Nabi sebagai acara di seluruh bulan.

Ini merupakan kecintaan atas anugerah datangnya manusia paling sempurna di muka bumi ini yang membawa risalah dari Allah SWT bagi manusia. Ekspresi kecintaan umat Islam di Indonesia pun diwujudkan dengan berbagai macam acara seperti pembacaan Barzanji (riwayat hidup Nabi), ceramah keagamaan, dan juga perlombaan, seperti lomba baca Al-Qur'an, lomba azan, lomba shalawat, dan sebagainya. 

Kemajemukan budaya bangsa Indonesia juga menghadirkan berbagai peringatan Maulid Nabi yang unik hasil perpaduan adat istiadat warga setempat. Masyarakat Madura memiliki tradisi Muludhen. Masyarakat Minang memiliki tradisi Bungo Lado. Warga Kudus mempunyai tradisi Kirab Ampyang. Dan, sebagian masyarakat lain menggunakan tradisi Grebeg Maulud. 

Ahli Tafsir Al-Qur’an Prof Quraish Shihab mengungkapkan bahwa Maulid Nabi dirayakan dengan cara meriah baru dilaksanakan pada zaman Dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa kekhalifahan Al-Hakim Billah. Menurutnya, inti dari perayaan Maulid Nabi adalah untuk memperkenalkan Nabi Muhammad SAW kepada setiap generasi. Kenal adalah pintu untuk mencintai. Sehingga dengan mengenal Nabi Muhammad SAW, maka umat Muslim bisa mencintainya. 

Sementara Kiai Said Agil Siradj menjelaskan bahwa Maulid Nabi merupakan sunah taqririyyah yaitu perkataan, perbuatan yang tidak dilakukan nabi, tetapi dibenarkan Rasulullah SAW. Memuji atau mengagungkan Rasullah SAW termasuk sunnah taqririyah karena tidak pernah dilarang oleh Rasulullah. 
 
Ini terbukti saat salah satu sahabat yang bernama Ka’ab bin Juhair bin Abi Salma memuji-muji Nabi Muhammad dalam bait nadhom yang sangat panjang. Di hadapan Nabi Muhammad Ka’ab mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah orang hebat dan orang mulia. Mendengar pujian itu nabi tidak melarang, bahkan membenarkan. Malah Rasulullah memberi hadiah selimut bergaris-garis yang sedang Nabi pakai, yang dalam bahasa Arab dinamakan Burdah.

Sampai saat ini, burdah Nabi Muhammad pun masih ada dan diabadikan di Museum Toqafi Istanbul Turki. Itulah mengapa setiap ada qasidah atau syair yang isinya memuji Nabi Muhammad disebut qasidtul burdah. 

Dalil Perayaan Maulid

Ternyata, memperingati Maulid bukan hanya dilakukan oleh umat Nabi Muhammad SAW saja. Nabi Muhammad sendiri juga memperingati kelahirannya dengan berpuasa di hari Senin. Ketika ditanya oleh sahabat, "Kenapa engkau berpuasa ya Rasul? aku berpuasa karena di hari itu aku dilahirkan dan di hari itu pula lah aku mendapatkan wahyu pertama kali," jawab Nabi.

Dalil syar’i peringatan Maulid dari Al-Qur’an dan Hadits. Di antaranya adalah firman Allah dalam QS Yunus ayat 58:

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ  ۝٥٨
artinya, "Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya (Nabi Muhammad Saw) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira." (QS.Yunus: 58).

Putra Rasulullah sebayak 7 orang anak, 6 diantaranya dari pernikahannya dengan Khadijah binti Khuwailid dan 1 putra dari perbikahannya dengan Mariyah Al Kibtiyah. Dengan Sayyidah Khadijah melahirkan 6 orang diantaranya Al Qosim yang lahir sebelum kenabian dan meninggal saat masih bayi, Zainab putri sulung yang menikah dengan Abu Al Asmin Rabi yang memiliki dua anak yaitu Ali dan Ruqayyah; Ruqayyah menikah dengan Usman Bin Affan yang memiliki anak bernama Abdullah yang meninggal saat masih kecil usia anak; Ummu Kalsum yang awalnya menikah dengan Utbah Bin Abi Lahan yang diceraikan sebelum disentuh, kemudian asal menikah dengan Usman Bin Affan setelah Ruqayyah meninggal; Fatimah yang menikah dengan Ali Bin Abi Thalib memiliki 5 orang anak, yaitu: Hasan, Husain, Zaenab, Umu Kulsum dan Muhsin; Abdullah yang meninggal di usia bayi. Dari Mariyah Al Kibtiyah lahir seorang anak putra bernama Ibrahim yang meninggal usia 18 bulan.

Keutamaan Maulid

Perayaan Maulid Nabi bisa diekspresikan dengan berbagai hal, seperti membaca biografi Nabi, bersedekah, mengadakan kajian, memperbanyak shalawat dan lain semacamnya.

Menurut ulama, ada sejumlah keutamaan merayakan Maulid Nabi. Orang yang merayakan Maulid Nabi nanti di akhirat akan ditempatkan di surga dengan para syahid dan orang-orang shalih. Hal itu didasarkan kepada pandangan Imam Syafi’i.

Dalam kitab Fathul Bari karangan al- Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani diceritakan pula bahwa Abu Lahab mendapatkan keringanan siksa tiap hari senin karena dia gembira atas kelahiran Rasulullah. Di samping itu, Abu Lahab juga membebaskan budak wanita.
 
Hal itu merupakan keagungan Nabi Muhammad. Seorang paman yang semasa hidupnya menentang perjuangan Nabi Muhammad bisa mendapatkan keringanan hanya karena bergembira atas kelahirannya.

Dilansir dari NU Online, Sayyid Muhammad al-Maliki dalam kitab Syarh Maulid ad-Diba’i menyatakan, setidaknya ada lima alasan mengapa kita harus merayakan maulid nabi. 

Pertama, merayakan maulid nabi sebagai wujud rasa bahagia dan syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang pasti bermanfaat di dunia dan akhirat. Abu Lahab, seorang yang membenci dakwah Nabi saja, diringankan siksanya di neraka setiap hari Senin. Hal itu karena Abu Lahab bergembira pada saat kelahiran Nabi Muhammad. 

Kedua, Nabi Muhammad saja banyak bepuasa di hari Senin sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahirannya. Karena dengan kelahiran Nabi Muhammad saw manusia menemukan cahaya agama Islam. Tentu kita sebagai umat Nabi harus merasa sangat bersyukur dengan kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW.

عن أبي قتادة الأنصاري رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم سئل عن صوم الاثنين ؟ فقال فيه ولدت وفيه أنزل علي 

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari bahwa suatu ketika Rasulullah ditanyai mengenai kebiasaannya berpuasa di hari Senin. Rasulullah pun bersabda: Di hari Senin-lah aku dilahirkan dan di hari Senin-lah diturunkan (Al-Qur’an) kepadaku (HR Muslim).

Ketiga, Allah memerintahkan kita untuk berbahagia atas rahmat dan pertolongan yang Allah berikan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an:  

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا 

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira” (QS Yunus: 58).  

Al-Qur’an menegaskan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw adalah sebagai bentuk kasih sayang Allah bagi alam semesta, dan merupakan rahmat terbesar bagi umat manusia.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ 

Artinya: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam semesta (QS Al-Anbiya’: 107). 

Keempat, perayaan maulid nabi diwarnai dengan pembacaan sejarah kehidupan nabi. Mulai dari kelahiran, budi pekerti, ciri-ciri fisik, kemuliaan serta mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi. Tentu hal ini akan menambah rasa kecintaan kita kepada Nabi Muhammad serta memantapkan keimanan kita. 

Selain itu, perayaan maulid nabi juga sebagai wadah untuk mengajak umat Islam membaca shalawat kepada Nabi. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an S. Al Ahzan: 56 agar umat Islam banyak membaca shalawat: 

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا   

Artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya (QS Al-Ahzab: 56).  

Kelima, perayaan maulid nabi adalah bid’ah hasanah (baik) yang telah diajarkan turun-temurun oleh umat Islam. Perayaan maulid nabi umumnya diiringi dengan ceramah agama dan nasihat yang bermanfaat serta suguhan makanan yang diberikan kepada para hadirin. 

Para ulama mengambil dalil bid’ah hasanah dari nasihat Sahabat Abdullah bin Mas’ud:  
قال عبد الله بن مسعود ما رأى المسلمون حسنا فهو عند الله حسن و ما رآه المسلمون سيئا فهو عند الله سيىء 

Artinya: Abdullah bin Mas’ud mengatakan: Perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang baik maka perkara tersebut baik di sisi Allah, dan perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang buruk maka perkara tersebut buruk di sisi Allah (HR Ahmad).   



Komentar

  1. Mengawali tulisan di Bulan kelahiran Rasulullah. Semoga menjadi motivasi dan inspirasi menulis menjadi passion

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Capability/Ability and Willingness

Perbedaan Kalimat Nominal dan Verbal

P5 dan P2RA, Antara Tantangan, Realita dan Kenicayaan di Madrasah