Maulid

Kemuliaan Nabi Muhammad SAW

Banyak pujian Allah untuk Nabi Muhammad yang dapat kita temukan dalam Al Quran. Seperti pada surah Al Ahzab ayat 21, Allah berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.

Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS Al Ahzab: 21).

Begitu pula Allah berfirman di surah Al Qalam ayat 4:
وأنك لعلى خلق عظيم
Artinya: "Dan sesungguhnya, kamu (muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung" (QS. Al-Qalam 68: 4)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus hanyalah untuk menyempurnakan (memperbaiki) akhlak manusia.” (HR: al-Baihaqi)

Cinta Nabi yang Menyentuh Hati
Kepada umat yang belum pernah berjumpa, Rasulullah rindu dan menyebut mereka saudara. Sedangkan untuk seluruh umat, Rasulullah memiliki tiga karakter yang Allah abadikan dalam firman-Nya:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

"Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS. At Taubah: 128)

Pertama, aziizun ‘alaihi maa anittum. Berat terasa olehnya penderitaanmu.

Sejak usia 38 tahun, Rasulullah merasakan beratnya penderitaan umat. Beliau risau hingga tiap tahun ber-tahannuts di Gua Hira pada bulan Ramadhan. Pada Ramadhan ketiga, ketika usia beliau 40 tahun, beliau mendapatkan wahyu pertama, Surat Al-Alaq ayat 1-5. Allah mengangkat beliau menjadi Nabi.

Sejak saat itu, lebih berat lagi bagi beliau merasakan penderitaan umat. Hingga pada akhir hayat, yang beliau sebut adalah “ummatii, ummatii.”

Bahkan, saat menjelang wafat, putri beliau Fatimah radhiyallahu ‘anha bertanya, “Apakah sakaratul maut sakit ya Rasulullah.” Rasulullah justru meminta kepada Allah agar sakitnya sakaratul maut umat ditanggung beliau.

Andaikan beliau tidak menanggung sebagian sakaratul maut umatnya, tentu sakaratul maut yang umat ini rasakan berlipat-lipat.

Kedua, hariishun ‘alaikum
Sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian.

Beliau sangat menginginkan keimanan dan keselamatan umat. Maka, siang malam beliau berdakwah. Juga tak mau umat beliau mendapat azab. Bahkan, ketika disakiti oleh kaumnya, hal itu tidak menghentikan dakwah beliau. Beliau membalas keburukan dengan doa kebaikan
saat beliau dakwah di Thaif. Beliau tidak hanya mendapatkan perlakuan kasar, tetapi juga pengusiran dan lemparan batu yang membuat kaki beliau berdarah-darah. Dalam kondisi demikian, malaikat Jibril dan malaikat penjaga gunung datang.

“Wahai Rasulullah, Allah telah mengetahui perlakuan penduduk Thaif kepadamu. Jika engkau mau, aku timpakan dua gunung ini kepada mereka,” kata malaikat penjaga gunung.

Apa jawaban Rasulullah? “Tidak. Justru aku berharap keturunan mereka akan menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya.”

Ketiga, bil mu’miniina ra’uufur rahiim.
Rasulullah sangat penyayang kepada orang-orang mukmin. 

Karenanya beliau menyimpan doa pamungkas sebagai syafaat di akhirat kelak. Ketika orang-orang kepanasan, kehausan, dan ketakutan di padang mahsyar, Rasulullah akan memanggil umatnya untuk beliau beri minum di telaga kautsar. Orang yang telah minum dari telaga itu takkan kehausan lagi selama-lamanya.

Dan di saat semua manusia bingung berharap pertolongan, mereka mendatangi sejumlah Nabi mulai Adam, Musa, hingga Isa, semuanya tak ada yang bisa memberikan syafaat. Akhirnya mereka semua datang kepada Nabi Muhammad dan beliau pun memberikan syafaat kepada umatnya.

Rindu dan Cinta Kita kepada Rasulullah
Jika demikian besar rindu dan cinta Rasulullah kepada umatnya, bagaimana rindu dan cinta kita kepada beliau? Pada momentum peringatan maulid Nabi ini, marilah kita merenung dan bermuhasabah.

Sudahkah kita memperbanyak membaca sholawat Nabi? Sebab di antara tanda cinta adalah banyak menyebut nama kekasihnya. Dan sebaik-baik menyebut nama Rasulullah adalah dengan bershalawat kepada beliau. Siapa yang paling banyak shalawatnya, kelak paling berhak mendapat syafaat Rasulullah.

أَوْلَى النَّاسِ بِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً

“Orang yang paling berhak mendapatkan syafa’atku di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi)

Selanjutnya, sudahkah kita berusaha untuk meneladani beliau? Sebab bukti cinta paling konkrit kepada Rasulullah adalah dengan mengikuti dan meneladani beliau.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Asking for Attention and Showing Attention

PERBEDAAN RUKUN QOLBI, QOULI DAN FI'LI

WALIMATUL AQIQAH